Cinta
Al-Qur’an di Rumah Biru
Butiran
air dingin menetes di pagi hari yang hampa, ku cuba berjalan langkah demi
langkah untuk menggapai cita-cita, itulah aku. Berteduh di rumah biru yang
penuh rasa haru dan rindu kepada sang ibu, ku coba untuk menuntut ilmu meskipun
penuh rasa galau dan pilu.
Ku
merasa bangga meskipun sedikit hampa berteduh
di rumah biru
ini. Di sini ku dilatih untuk hidup mandiri dan hemat meskipun ku anggap ini
adalah suatu hal yang berat. Ku coba untuk kuat tetapi makin lama makin berat.
Ku coba untuk taat tetapi makin lama makin ketat aturan yang dibuat.
Dari
desa terpencil di pelosok negeri asri, ku berhijrah ke kota sejuta bunga untuk
menjadi pemimpin negeri ini dengan islami. Satu tahun, dua tahun, terasa
singkat bagiku. Ku coba kontinu dalam mempelajari, memahami, mengamalkan dan
menghafalkan ayat demi ayat dari kitab suci dari sang Rabbi.
Sering
kali bisikan setan menjadi rintangan dan tantangan bagiku. Rasa malas dan rasa
mengantuk sering menghantuiku setiap saat untuk lebih dekat kepada sang Rabbi.
Rasa senang, bahagia, bangga dan meneduhkan jiwa ketika ku dengar ayat-ayat-Nya.
Di
rumah biru ini ku coba untuk belajar setia dan cinta kepada kitab-Nya. Setiap
hari ustadzku mengajar, mendidik dan menasehatiku untuk mencintai kitab dari
sang Rabbi. Dan sering pula menasehatiku untuk mengejar cita-cita yang telah
tertanam didalam hatiku, “Dimana ada niat, pasti Allah akan memberikan
jalannya. Sesunggunnya Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya, jika
hambanya berprasangka baik maka Allah pun akan demikian. Dan jika hambanya
berprasangka buruk maka Allah pun akan juga demikian”. Kata ustadzku dalam
menasehatiku. Nasehat-nasehat dari sang ustadz itu memberikan motivasi bagiku,
supaya menjadi orang yang sukses serta dekat kepada Allah dengan cinta kepada
kitab-Nya.
Di
rumah biru ini pula ku dididik oleh
seorang pengasuh yang tegas, keras dan disiplin. Beliau adalah seorang
perempuan yang bijaksana, yang
sedang mengabdi kepada sang Rabbi. Sering kali ku dimarahi olehnya, padahal aku
tidak berbuat kesalahan. Apalagi ku berbuat kesalahan pasti ku dimarahi habis-habisan.
Hal itu sering membuatku gelisah, jengkel dan frustasi. Ku beerusaha untuk
membuatnya sebagai suatu pengalaman dan pembelajaran untuk tidak menyimpang.
Meskipun demikian beliau sering menasehatiku untuk hidup sederhana, “Janganlah
kamu kebanyakan makan dan tidur, karena sesungguhnya orang yang kebanyakan
makan dan tidur itu cenderung otak akan bundel dan tidak bisa berfikir”. Kata
sang pengasuh dalam menasehatiku.
Setiap akhir bulan ku pulang ke rumah bapak
dan ibu. Di saat ku di rumah, sering kali bapak dan ibuku bertengkar hanya
dengan masalah yang sepele. Dan sering pula ibuku bertengkar dengan kakak ku
hanya dengan masalah yang sepele pula. Hal itulah yang menjadikan keluargaku
berantakan dan tidak harmonis, dan hal itu pula sering membuatku menangis,
tetepi rasa menangis itu sering ku bendung dalam hati. Meskipun demikian, ibuku
sering menasehatiku untuk hidup sederhana dan prihatin, “Nak, janganlah kamu
hidup senang-senang, janganlah kamu hidup aneh-aneh dan janganlah kamu
berpacaran, karena pacaran itu akan merusak masa depanmu. Prihatinlah kamu
supaya sukses”. Kata ibu dalam menasehatiku dengan pelan dan sedih. Sering kali
nasehat itu teringat dalam pikiranku dan membuatku menagis dalam hati. Ku
berusaha untuk menaati nasehat itu dan ku akan berusaha membahagiakannya.
Di sekolah sering
kali ku merasa iri dengan teman-temanku. Di saat teman-temanku memakai
Handphone yang bagus, sepatu yang bagus, tas yang bagus, jam tangan yang bagus,
bahkan sepeda motor yang bagus, ku berusaha untuk tidak iri. Di saat
teman-temanku membawa uang saku yang banyak, ku berusaha untuk tidak iri. Di
saat teman-temanku banyak yang mempunyai pacar, ku berusaha untuk tidak iri.
Itu semua ku lakukan semata-mata karena ku takut kepada sang Rabbi dan igin
menaati nasehat dari sang ibu.
Semua rintangan dan
tantangan ku lalui dan ku hancurkan dengan mencintai Al-Qur’an. Di saat ku
susah ku baca Al-Qur’an, di saat ku gelisah ku baca Al-Qur’an dan di saat ku
ada masalah ku baca Al-Qur’an. Ku ingin membahagiakan kedua orang tuaku dengan
mencintai Al-Qur’an, karena Al-Qur’an akan memberikan syafaat di hari kiamat.
Ku ingin mencintai Al-Qur’an dengan menghafalnya. Ku berusaha menghafal
Al-Qur’an ayat demi ayat. Ku mempunyai cita-cita yang kuat untuk bisa menjadi
pemimpin bangsa yang selalu cinta Al-Qur’an serta setia kepada Allah dan
rasul-Nya.
Amiiinnnnn…………..